Searching...

Rabu, 21 Oktober 2009

When Habib Meet Lisha

Hari ini pekerjaan ku di kantor begitu menumpuk. Terlalu banyak document yang harus ku kerjakan. Sementara itu jam dinding yang ada di ruanganku pun telah menunjukan pukul 6 sore.
“15 menit lagi sudah maghrib. Baiknya aku sholat di mushalla sini saja.” Bisikku pelan pada diri sendiri. Setelah merapikan semua pekerjaanku aku pun segera meninggalkan ruang kerjaku menuju mushalla. Namun, ketika hendak memasuki Lift, Farid teman kantorkupun memanggilku.
“Habib, tunggu aku,” teriaknya padaku. Akupun berhenti sejenak. Setelah berlari-lari kecil menyusulku kamipun segera measuki lift menuju Mushalla yang terletak di samping taman kantor ini. Di dalam lift, aku melihat Farid sedang memegang sebuah kertas. Aku pun menanyakannnya.
“Kertas apa itu?,” tanyaku padanya.
“Kau belum tau ya? Ini kan iklan. Dari bos besar kita,” jawabnya sambil mengipas-ngipaskan kertas itu ke tubuhnya.
“Iklan apa?,” Tanya ku sekali lagi.
“Jadi kau memang benar-benar belum tahu?,” jawabnya keheranan. Akupun segera menggelengkan kepalaku.” Nih baca sendiri,” lanjutnya sambil menyodorkan kertas itu padaku. Sambil keluar dari lift akupun segera membaca isi dari kertas itu. Ternyata di kertas itu tertuliskan bahwa Bos besar perusahaan ku sedang kehilangan putri tunggalnya yang melarikan diri dari rumah. Bagi yang dapat menemukan putrinya itu akan di beri uang imbalan sebesar 500 juta. Dikertas itu pun disertakan foto milik Putrinya dan disampingnya diberi nama Lisha Bilqistia.
“Wah, gede juga nih imbalanya,” lirihku sambil melipat kertas itu kembali.
“Ya iyalah!. Cuma anak satu - satunya!,”jawab Farid. Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari teman ku itu dan mengembalikan kertas itupadanya. Namun Farid malah menolaknya.
“Ambil saja Bib. Aku buru-buru nih. Sampai jumpa besok pagi..” katanya sambil pergi meninggalkanku sendiri. akupun segera menuju Mushalla dan memasukkan kertas itu ke dalam saku celanaku.

Pukul setengah delapan tepat akupun telah sampai di depan pagar rumahku. Kulihat suasana Rumah begitu sepi. Biasanya ketika aku pulang dari kantor, aku mendengar suara adikku Rafa sedang mengaji. Namun malam ini tidak “Mungkin rafa dan ibu sedang makan,” bisikku dalam hati.
Setelah beberapa langkah berjalan dari pagar, aku segera mengetuk pintu. Dan beberapa saat kemudian ibu datang membuka pintu untukku. Wajahnya begitu pucat sama saperti biasanya karna penyakit lever yang dideritanya tak kunjung membaik
“Ibu baik-baik sajakan?. Bagaimana keadaan ibu hari ini?,” tanyaku sedikit cemas.
“Ibu baik-baik saja kok Bib, tapi ada sesuatu yang terjadi,” jawabnya sambil sedikit berbisik pada ku.
“Apa yang terjadi Bu?,” tanyaku penasaran.
“Sebaiknya kamu lihat sendiri kedalam,” jawabnya sambil menunjuk ruang makan padaku. Dengan cepat aku pun segera menuju ruang makan. Disana aku melihat adikku Rafa sedang duduk bersama seorang wanita. Aku tidak melihatnya karena dia membelakangiku. Namun ketika aku mengucapkan salam, dia segera menoleh padaku. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku melihat wajahnya. Aku merasa pernah melihat gadis ini, namun aku lupa. Setelah mencoba untuk berpikir keras akhirnya aku ingat kalau gadis yang ada di depanku ini adalah Lisha putri bos besar ku yang melarikan diri dari rumahnya. “ bagaimana dia bisa sampai di rumahku?,” tanyaku dalam hati.
Setelah memaperkenalkan diriku padanya, akhirnya adikku Rafa mengantarkannya ke kamar milik Rafa. Untuk malam ini Lisha akan tidur bersama Rafa. Namun kebingunganku belum juga terjawab sampai pada akhirnya Rafa menjelaskan semuanya padaku. Dia menemukan Lisha tergeletak pingsan di depan pagar rumahku. Karna hari sudah malam akhirnya Ibuku menyuruhnya untuk menginap di rumah kami. Selain itu, Rafa juga menjelaskan padaku, bahwa Lisha melarikan diri dari rumahnya karna ibu tirinya sering memperlakukannya dengan kasar. Setelah mendengar penjelasan dari Rafa, aku benar-benar bingung. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Sebagai karyawan yang baik aku patut memberitahukan soal keberadaan lisa dirumahku. Namun, aku juga harus menghargai Lisha. Aku yakin dia tidak ingin ayahnya menemukannya.

Atas permintaan Rafa sudah 2 minggu Lisha berada di rumahku. Awalnya aku tidak setuju dengan keputusan Rafa. Namun karna diliputi rasa kasihanku padanya akhirnya aku mengijinkannya. Dimataku, Lisha gadis yang benar-benar belum tahu apa-apa. Untuk sholatnya saja, Rafa harus berulang kali mengajarinya. Namun, dia memiliki semangat yang kuat. Keinginannya untuk mempelajari agama islam begitu besar. Jika sedang memberikan tausiyah pada Adikku dan dia mengikutinya, aku acap kali diberikan pertanyaan olehnya yang pada akhirnya malah membuatku malu sendiri. Suatu hari...

Download Cerita Lengkap


Tidak ada komentar:

Posting Komentar