Searching...

Minggu, 14 Februari 2010

Iman, Islam, Ihsan

1 rabiulawal 1430 H...

pernahkah anda berpikir nantinya akan berada dimana? menjadi seperti apa? apa yang akan terjadi dan apakah yg anda rasakan?
pernah kah? :)
pastilah semua kita pernah memikirkannya, tapi tidak menjadikannya sebagai bulan-bulanan atau bahkan ketakutan.. tapi meletakkannya pada sebuah peta kehidupan..
sebuah peta kehidupan yang akan membantu kita untuk tetap menjadikan akhirat sebagai the last destination dan dunia sebagai tempat persinggahan yang akan mengantarkan kita pada sebuah destinasi yg sukses yaitu surga-Nya.. :)
Namun, terkadang perjalanan yg menjadi pelengkap peta itu tak selamanya semulus yg kita bayangkan.. perjalanan menuju akhirat yg sempurna adalah perjalanan hebat dan perjalanan kita yang sesungguhnya.. lalu bekal apa yg kita butuhkan dalam perjalanan itu? ada 3 yaitu Iman, Islam, dan Ihsan :)
Hiaslah peta itu dengan iman, islam, dan ihsan.. jadikan ia sebagai kompas perjalanan kita.. dengan memiliki 3 hal ini yakinlah perjalanan yg kita miliki akan terasa nyaman, indah, dan penuh kebahagiaan... namun tanpanya, perjalanan yg kita lakukan ibarat tanpa arah- tidak ada kompas alias penunjuk arah.. peta yang kita miliki mengahruskan kita melangkah 3 mil dari utara.. sementara kita tidak tahu dimanakah posisi kita berada, utara, selatan, barat, atau timur kah?
begitu jualah perjalanan dunia kita menuju akhirat yaitu surga-Nya.. sebuah peta kehidupan yg hebat sekalipun jika tidak dilengkapi dengan kompas iman, islam, dan ihsan tidak akan berguna.. hasilnya tujuan kita jauh dari harapan, bahkan tidak menutup kemungkinan kita akan tersesat dan masuk ke dalam jurang..
wallahu'alam... :)
readmore »»  

Kamis, 11 Februari 2010

Cinta Tanpa Definisi

Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.

Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.

Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua jadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.

Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari kekuatan tak terkira. Ia jelas, sejelas matahari. Mungkin sebab itu Eric Fromm ~dalam The Art of Loving~ tidak tertarik ~atau juga tidak sanggup~ mendefinisikannya. Atau memang cinta sendiri yang tidak perlu definisi bagi dirinya.

Tapi juga terlalu rumit untuk disederhanakan. Tidak ada definisi memang. Dalam agama, atau filsafat atau sastra atau psikologi. Tapi inilah obrolan manusia sepanjang sejarah masa. Inilah legenda yang tak pernah selesai. Maka abadilah Rabiah Al-Adawiyah, Rumi, Iqbal, Tagore atau Gibran karena puisi atau prosa cinta mereka. Abadilah legenda Romeo dan Juliet, Laela Majenun, Siti Nurbaya atau Cinderela. Abadilah Taj Mahal karena kisah cinta di balik kemegahannya.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan definisi. Ia disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi, dengan detail-detail nuansa yang begitu rumit. Tapi dengan pengaruh yang terlalu dahsyat. Cinta merajut semua emosi manusia dalam berbagai peristiwa kehidupannya menjadi sublim: begitu agung tapi juga terlalu rumit. Perang berubah menjadi panorama kemanusiaan begitu cinta menyentuh para pelakunya. Revolusi tidak dikenang karena geloranya tapi karena cinta yang melahirkannya. Kekuasaan tampak lembut saat cinta memasuki wilayah-wilayahnya. Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang melatarinya: seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayap Patah-nya.

Kerumitan terletak pada antagoni-antagoninya. Tapi di situ pula daya tariknya tersembunyi. Kerumitan tersebar pada detail-detail nuansa emosinya, berpadu atau berbeda. Tapi pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya yang teramat dahsyat dalam kehidupan manusia.

Seperti ketika kita menyaksikan gemuruh badai, luapan banjir atau nyala api, seperti itulah cinta bekerja dalam kehidupan kita. Semua sifat dan cara kerja udara, api dan air juga terdapat dalam sifat dan cara kerja cinta. Kuat, Dahsyat, Lembut, Tak terlihat. Penuh haru biru. Padatmakna. Sarat gairah. Dan, anagonis.

Barangkali kita memang tidak perlu definisi. Toh kita juga tidak butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari. Kita hanya perlu tahu cara kerjanya. Cara kerjanya itulah definisi: karena ~kemudian~ semua keajaiban terjawab disini. ~ Anis Matta ~ taken from serialcinta.blogspot.com
readmore »»  

Selasa, 02 Februari 2010

Then you Look at me

Dulu semasa sekolah, terkadang aku tak pernah bisa menemukan kepercayaan tentang diriku sendiri sampai ia menatap mataku lekat-lekat dan mengatakan "Siapa yang menciptakan kita?" ,"Allah", jawabku. lalu ia kembali bertanya "Apakah Allah adalah pencipta yang buruk?," "Tidak Ummi, Allah Maha Sempurna, Maha Indah, dan Maha Bijaksana", dia tersenyum setiap kali mendengar jawabanku. sambil menarik lenganku dan mngecup keningku ia berkata " Jika Allah Pencipta yang Maha Sempurna, Bijaksana dan tidak diragukan lagi betapa Hebatnya DIA pastilah ciptaannya juga indah. mungkinkah Pencipta yang Hebat menciptakan ciptaan yg jelek dan tidak berguna?," ucapnya tersenyum padaku. akupun menggelengkan kepalaku. jika sudah begini tidak ada lagi rasanya keputus asaan itu datang. semangat ku bertambah. ia selalu mengerti bagaimana menghadapiku yg suka berkeluh kesah betapa tidak bergunanya aku jika mendapatkan nilai yg jelek, kalah dalam perlombaan, tidak bisa melakukan sesuatu dan lain sebagainya. spele memang, tapi perkataan itu selalu membekas dihatiku bahwa ada kehebatan tersendiri yang Allah ciptakan untukku, tinggal bagamana aku menemukannya dan memanfaatkannya.

Today is her birthday :)

selalu saja begitu, ia mudah menangis. ketika abi ( ayahku ) menelpon dari kota seberang dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya tepat pada pukul 12 malam ia langsung menangis..hehe
hmm, I Love you Ummi-- love because u always teach me how loving Allah and teach me how in order to Allah loves me :)

Dear Allah Almighty- Al Rahman, Al Rahim

Terima kasih karena engkau telah memberikan ku kesempatan hidup dari rahim seorang wanita yang hampir setiap saat mengajarkanku bagaimana cara mengingat Mu. Sayangi ia ya Rabb, walau sungguh kurasakan betapa Engkau begitu mencintainya. Berikanlah ia kesembuhan dari sakit yg kini ia rasakan..
Thanks Allah :)

~~For You Ummi, My Beloved Mother..
readmore »»